Pendekatan Waras Media Massa : Jurnalisme Solutif dan Jurnalisme Selotip

 


“Dadi media massa ki mbok yo sing solutip”

Jurnalisme Solutif

Pertama kali saya mengetahui istilah jurnalisme solutif ketika membaca tulisan Dadang Rahmat Hidayat, yang berjudul “Jurnalistik Solutif” dalam (Jurnalisme Televisi Indonesia : Tinjauan Luar Dalam, 2012).

Menurutnya, fungsi dan peran pers dapat menghasilkan pengaruh positif atau negatif. Pers memegang amanah dalam bentuk kebebasan pers untuk memenuhi hak publik atas informasi (public right to inform) dan hak publik untuk mengetahui (public right to know).

Maka kebebasan pers harus diwujudkan dengan usaha memberikan pengaruh sebaik mungkin bagi kepentingan publik dan membantu memperbaiki atau menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi publik.

Jurnalisme solutif menekankan tugas-tugas yang harus dilakukaan pers dalam menjalankan peranannya. Pertama, pers bertugas mendefinisikan masalah secara tepat (define problem). Pers harus dapat memilih masalah mana yang lebih penting untuk diketahui masyarakat dan cara mengemasnya. Pers jangan hanya menampilkan berita dengan nuansa elitis yang sebenarnya tidak benar-benar berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas.

Kedua, pers bertugas mengidentifikasi masalah (problem identification). Kewajiban pers bukan hanya menyampaikan peristiwa yang terjadi tetapi juga penyebab mengapa peristiwa terjadi. Dengan ini, publik akan teredukasi mengenai faktor-faktor yang ada di balik suatu peristiwa.

Ketiga, pers bertugas memberikan penilaian moral (moral judgement) terhadap berbagai pihak dalam menangani masalah-masalah yang ada. Misalnya dalam kasus Covid-19 ini, seharusnya pers dapat bersikap bijak dalam memberitakan opini para public figure yang sebenarnya tidak kompeten dalam membahas Covid-19, bukan malah memberi mereka panggung untuk mendapat rating. Hal ini dapat menyebabkan salah paham di kalangan masyarakat tentang isu Covid-19.

Keempat, pers bertugas untuk menawarkan penyelesaian masalah (treatment recommendation). Poin inilah yang tidak banyak dilakukan oleh pers di Indonesia. Banyak pers yang berdalih bahwa pers tidak memiliki kewajiban untuk memberikan opini terhadap suatu peristiwa. Berita harus menyajikan peristiwa apa adanya.

Padahal penyampaian opini dan memberikan kontribusi guna memberikan solusi atas masalah tidak perlu dilakukan secara langsung. Salah satu caranya adalah dengan memilih narasumber yang tepat guna menyampaikan solusi atas permasalahan tersebut. –jadi kalo bahas covid-19 ya sama ahli kesehatan bukan sama pemain band.

Jurnalisme Selotip

Jika sebelumnya saya menjelaskan mengenai jurnalisme solutif yang dikemukakan dengan sangat ilmiah oleh seorang doktor yang pernah menjabat sebagai Komisioner KPI dan sekarang menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.

Kali ini saya yang merupakan seorang mahasiswa jurnalistik tingkat dua -yang belum tentu lulus, membuat sebuah istilah lain dalam mengatasi permasalahan media pers di Indonesia sekarang ini, yaitu jurnalisme selotip. Tentu saja terdengar tidak serius dan tidak akan seilmilah para akademisi yang sangat kompeten.

Jurnalisme selotip adalah upaya untuk menyusun nilai-nilai mulia jurnalisme di Indonesia yang sekarang sudah berceceran tidak karuan untuk kembali menjadi suatu kesatuan utuh. Banyak lubang yang harus ditutup, banyak celah yang harus kembali direkatkan.

Abdurahim Arsyad  (finalis Stand Up Comedy Indonesia 4) membuat sebuah sajak bernuansa komedi, dia mengibaratkan kondisi Indonesia saat ini seperti kapal yang terombang ambing tanpa arah degan nahkoda yang berganti-ganti.[1] Kini saya menganalogikan kondisi media pers di Indonesia seperti sebuah bus sekolah yang rusak.

Bus sekolah yang dibuat dengan tujuan mulia untuk mengantarkan putera putri bangsa menuju sekolah tempat mendapatkan ilmu pengetahuan. Namun, bus ini kerap kali mogok karena tidak mendapatkan perawatan berkala dan uang akomodasi dari sekolah yang sangat minim untuk bensinnya. Sehingga banyak siswa yang tidak terjemput karenanya.

Bus ini juga sudah banyak penyok akibat supir yang tidak benar-benar ahli. Sang supir tidak mengerti peraturan lalu lintas bahkan hanya sekadar isyarat lampu merah. Surat izin mengemudi sang supir pun hasil suap di Polres terdekat. Tak jarang sang supir mangkir dari tugasnya dan malah membawa bus sekolah ke parkiran lokalisasi di pinggiran kota. Sang supir seringkali mengeluh kesakitan karena penyakit maag yang dideritanya, akibat upah supir yang sangat minim sehingga dia hanya makan satu hari sekali, ini tentu membuat pekerjaannya menjadi tidak maksimal.

Pihak sekolah seringkali menyalahgunakan bus sekolah untuk kepentingan lain seperti menyewakannya kepada rombongan wisata. Tidak peduli siswanya dapat berangkat sekolah atau tidak, karena dengan menyewakan bus kepada rombongan wisata lebih menguntungkan, pihak sekolah tidak memperdulikannya.

Para siswa yang bosan dan muak dengan perilaku supir bus dan pihak sekolah, akhirnya memutuskan untuk berhenti sekolah dan tidak lagi memiliki keinginan untuk belajar.

Jika menggunakan pendekatan selotip, maka perbaikan dalam kasus ini harus dilakukan di setiap celah kesalahan. Perlu adanya upaya menyadarkan dan menegaskan pihak sekolah mengenai prioritas utama mereka adalah memberikan pendidikan kepada siswa. Fasilitas bus sekolah harus digunakan sesuai dengan fungsi utamanya. Jika memang bisa digunakan untuk kepentingan lain harusnya tidak mengganggu kepentingan utama. Kesehatan dan kesejahteraan pekerja termasuk supirnya juga harus diperhatikan agar dapat menjalankan tugasnya secara maksimal.

Supir bus haruslah memiliki kompetensi yang sesuai, mengerti tentang aturan yang berlaku di jalan raya dan menggunakan fasilitas untuk kepentingan para murid bukan untuk kepentingan pribadinya.

Seperti itulah kira-kira pandangan saya tentang perbaikan kondisi media pers di Indonesia yang sekarang semakin semrawut.–did you get it?


Penulis : Yaser Fahrizal Damar Utama

[1] Abdur adalah seorang komedian, sajak tersebut ia bawakan ketika grand final Stand Up Comedy Indonesia 4 https://www.youtube.com/watch?v=3754EDgx_rc

Posting Komentar

0 Komentar